Al-Chemist Ungu

tentang Pendidikan dan Kimia

Pemanfaatan Jamur Dalam Proses Produksi Ramah Lingkungan



 

Para peneliti di Universitas Greifswald di Jerman meneliti pemanfaatan jamur untuk memproduksi enzym yang dapat digunakan di industri kimia untuk proses yang lebih ramah lingkungan.

 
Jamur secara alamiah adalah pemakan bangkai dalam lingkungan mikroskopis. Namun jamur tidak hanya dapat menguraikan unsur, melainkan juga dapat memproduksi unsur baru. Habitat jamur adalah lingkungan dimana terdapat organisme yang mati. Sejak lama manusia memanfaatkan jamur untuk kebutuhan sehari-hari, sebagai bahan obat dan juga sebagai makanan yang lezat. Juga sifat jamur yang tidak hanya melulu menguraikan organisme mati, tapi juga menciptakan senyawa baru, sudah dikenal sejak lama.

Kini para peneliti bioteknologi di Universitas Greifswald di negara bagian Jerman Mecklenburg-Vorpommern, menemukan bahwa protein pada jamur kayu yang disebut laccase juga melakukan reaksi kimia yang amat menarik. Ketika protein ini melakukan proses penguraian organisme mati, misalnya batang kayu, terbentuk senyawa kimia baru. Laccase juga dapat bereaksi dengan banyak unsur lainnya, dan membentuk ikatan kimia baru. Protein ini melakukan proses kimia yang sama seperti proses yang saat ini lazim dilakukan di pabrik-pabrik kimia.

Gurubesar mikrobiologi terapan di Institut Mikrobiologi Universitas Greifswald, prof. Frieder Schauer menjelaskan : “Enzym ini amat menarik, karena tidak hanya dapat menguraikan melainkan juga bisa melakukan sintesa. Enzym ini dapat mengikat bermacam molekul menjadi molekul lebih besar, dan dengan itu industri kimia dapat memanfaatkannya.

Dewasa ini, proses sintesa molekul kimia mikroskopis, biasanya dilakukan dengan membubuhkan senyawa yang mencemari lingkungan, misalnya logam berat, cairan pengencer serta senyawa yang mengandung ikatan khlor. Proses kimia semacam ini menimbulkan dampak lingkungan, karena memproduksi sampah dan produk sampingan yang beracun dan berbahaya. Dengan memanfaatkan enzym laccase yang berasal dari jamur, para pakar bio kimia hendak mengurangi pembentukan senyawa serta emisi yang mencemari lingkungan tsb.

Para peneliti di Universitas Greifswald terus melakukan ujicoba penggunaan senyawa yang lebih bersahabat dengan lingkungan dalam proses produksi industrial. Bekerjasama dengan perusahaan swasta Brain AG dari Jerman, firma Sigma-Aldrich dari Swiss serta universitas Rostock dilakukan penelitian lebih lanjut. Pada proyek yang disebut perlindungan lingkungan yang terintegrasi dalam proses produksi, dalam waktu dua tahun hingga tahun 2009, dilakukan penelitian pemanfaatan enzym jamur untuk proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

Prof. Frieder Schauer mengatakan, enzym yang diperoleh dari jamur, memiliki banyak keunggulan dibanding enzym lainnya yang dewasa ini digunakan dalam proses produksi. Enzym ini lebih stabil terhadap pengaruh dari luar dan tidak berubah sifat walaupun disimpan berbulan-bulan pada suhu ruangan. Keunggulan paling menentukan adalah, enzym ini dapat bereaksi dengan ribuan unsur lainnya. Dengan itu terbuka kemungkinan yang amat luas. Prof. Frieder Schauer menjelaskan lebih lanjut : “Dengan begitu ribuan unsur dapat dilibatkan dalam reaksi, dan banyak sekali unsur kimia yang dapat disintesa. Dapat berupa antibiotika, zytostatika atau juga kimia mikroskopis seperti yang saat ini sedang kami buat.“

Produknya digunakan dalam kehidupan sehari –hari, seperti sabun cuci, obat-obatan, lem atau juga bahan pewarna. Dalam proses produksi konvesional, unsurnya harus benar-benar bersih. Dan dalam proses sintesanya memerlukan unsur kimia teknis yang kadang-kadang amat beracun atau berbahaya bagi manusia, misalnya soda api atau asam belerang. Proses produksi dengan memanfaatkan unsur beracun dan berbahaya itu sudah berlangsung selama puluhan tahun. Kini dengan penemuan terbaru berupa enzym dari jamur, diharapkan prosesnya menjadi lebih bersahabat dengan lingkungan. Karena sintesa yang terjadi adalah reaksi yang terjadi dalam persyaratan alami.
Enzym dari jamur kayu laccase memang bukan protein segala bisa. Tapi juga memiliki potensi besar untuk industri. Namun sejauh ini pemanfaatannya secara teknis belum terlalu banyak. Penyebabnya, penelitian ilmiah bagi pemanfaatannya juga masih terbatas. Tim peneliti dari Universitas Greifswald sekarang ini sudah merupakan instansi pertama yang akan mempatenkan proses produksi kimia berbasis jamur.  

Rinciannya sejauh ini belum diumumkan, tapi secara garis besar Prof. Frieder Schauer menggambarkan : “Dalam sintesa kimia, biasanya digunakan bahan pengencer dalam jumlah besar, yang dapat mencemari lingkungan. Digunakan senyawa yang mengandung ikatan khlor atau ikatan unsur halogen, juga digunakan logam berat sebagai katalisator. Sejauh ini kebanyakan reaksi kimia menimbulkan beban pencemaran lingkungan. Kami mengharapkan, dengan reaksi laccase dapat memecahkan masalahnya. Kami hendak memantapkan sintesa yang berlangsung di bawah persyaratan yang ramah lingkungan.
Proses produksi kimia dengan metode tradisional, memang sejauh ini kebanyakan lebih murah ketimbang proses bioteknologi dengan bantuan enzym laccase. Akan tetapi dalam jangka panjang, penggunaan unsur kimia beracun dan berbahaya akan semakin mahal, seiring dengan meningkatnya ongkos beban lingkungan. Artinya, di masa depan teknologi ramah lingkungan akan menjadi keharusan bagi proses produksi industrial. Dan proses berbasis bio-teknologi akan menjadi pilihan utama.  

Dalam penelitian di Universitas Greifswald di negara bagian Mecklenburg-Vorpommern para pakar mikro-biologi memanfaatkan koleksi jamur yang mereka miliki, yang saat ini berjumlah lebih dari 4.500 jenis. Sejak tahun 70-an, para pakar biologi di Greifswald sudah memandang jauh ke depan, dengan meneliti unsur aktif atau potensi teknik jamur. Budidaya berbagai jenis jamur juga terus dilakukan.
Penelitian jamur untuk pemanfaatnnya dalam kehidupan sehari-hari maupun industri diakui masih berada pada tahapan awal. Namun potensinya diketahui amat luas. Spektrumnya mulai dari pemanfaatannya untuk menguraikan unsur beracun dan berbahaya, pembuatan obat hingga produksi keperluan rumah tangga. Para peneliti mikrobiologi semakin menyadari, di masa depan peranan bioteknologi akan semakin besar, untuk melindungi lingkungan hidup yang amat ringkih dan mudah tercemar.


0 komentar:

Posting Komentar