Selain selai, margarin sudah menjadi teman akrab di pagi hari. Sebagai olesan roti sebelum ditaburi meses ataupun dimakan begitu saja. Agar tidak mengkonsumsi lemak jahat, sebaiknya cermat memilih margarin. Kadar lemak yang rendah pastinya aman untuk jantung Anda.
Menu sarapan yang paling praktis adalah dengan roti. Baik roti panggang, roti isi selai ataupun roti isi meses. Penggunaan margarin juga sering dibarengi dengan roti tawar, atau digunakan untuk menumis sayuran atau nasi goreng sebagai pengganti minyak goreng.
Penggunaan minyak goreng ataupun margarin sekarang juga dibatasi karena banyak orang takut akan lemak jenuh yang tertinggal membahayakan jantung. Hal ini bisa Anda siasati dengan cermat memilih margarin yang aman dikonsumsi atau bisa juga membuat minyak goreng rendah lemak dengan bahan baku limbah ikan.
Limbah tak selamanya identik dengan sampah. Ternyata limbah juga bisa diolah menjadi bahan baku bermanfaat yang bisa digunakan kembali.
Hal ini pun dimanfaatkan oleh tiga siswi dari SMAN 2, Kandangan, Kalimantan Selatan. Dalam ajang Lo’real Girls Science Camp, sebuah kompetisi sains bergengsi bagi remaja putri SMA, tiga gadis ini membuat suatu penelitian dari limbah ikan yang dijadikan minyak goreng non kolesterol.
Rasanya tidak banyak anak muda yang mau dekat-dekat dengan limbah yang bau dan kotor. Namun, para siswi SMA ini membuktikan bahwa mereka mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang berguna.
Meski penelitiannya hanya memenangkan juara ke III dari 15 finalis yang lolos, karyanya bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengganti minyak sayur. Mau tahu bagaimana proses pengolahannya?
Tiga siwsi, Aulia, Rahmi dan Ernita memanfaatkan limbah ikan tauman yang banyak hidup di perairan Asia Tenggara, seperti Kalimantan. Setiap tahunnya terdapat 46,7 ton limbah isi perut ikan tauman. Sebelum merusak lingkungan, ketiga siswi ini melakukan eksperimen memanfaatkan kembali limbah isi perut ikan tauman sebagai minyak goreng bebas kolesterol.
Ikan tauman ini banyak ditemukan di daerah Kalimantan dan punya ukuran dan rasa mirip ikan gabus. “Di Kandangan belum ada supermarket, jadi saya kalau belanja ke pasar tradisional. Nah, di pasar isi perut ikan tauman dibuang begitu saja. Baunya enggak enak banget. Dari situ saya mulai berpikir, kira-kira limbah isi perut ini bisa diolah jadi apa,” cerita Aulia Gusrina.
Setelah diteliti dan dicoba dimakan sedikit, Aulia tahu bahwa isi perut ini mengandung banyak minyak, terasa pahit, dan mengandung empedu. Maka itu, tercetuslah ide untuk membuat minyak goreng non kolesterol dari limbah ini. Cara mengolahnya, tinggal menyaring minyak yang keluar dari isi perut, kemudian minyak dicampur dengan kunyit yang diiris tipis dan daun pandan yang dipotong-potong agar minyak berbau wangi. “Kalau masak ikan pakai minyak ini, ikannya jadi gurih banget. Kalau masak tempe atau tahu, rasanya jadi kaya rasa ikan,” kata Aulia tertawa.
“Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dan setelah kami uji di laboratorium, minyak goreng ikan tauman ini juga mengandung protein dan lemak yang bermanfaat untuk tubuh,” kata Aulia saat presentasinya di depan para juri di acara Lo’real Girls Science Camp 2010, di Bella Campa, Gadog, Ciawi Bogor.
Cara mengolahnya pun tak sulit, isi perut ikan tauman hanya dipanaskan hingga mengeluarkan minyak. Untuk mendapatkan hasil yang bersih, minyak yang keluar bisa disaring dan dipanaskan kembali untuk mengurangi kandungan air di dalamnya, kemudian disaring kembali untuk mendapatkan hasil yang jernih.
“Untuk menghilangkan bau amisnya bisa ditambahkan kunyit, daun pandan dan lengkuas. Sementara untuk menguji ada atau tidaknya protein di dalamnya, kami melakukan uji coba dengan meneteskan larutan bioret pada minyak ikan tauman. Setelah diteteskan dengan bioret warna berubah menjadi ungu. Ini menunjukkan bahwa minyak goreng ini mengandung protein,” ujar Rahmi menjelaskan.
Sementara untuk menguji adanya lemak, mereka mengoleskan minyak pada kertas buram. Kertas pun sesaat berubah menjadi transparan. Menurutnya, ini bisa menjadi tanda bahwa minyak ikan tauman juga mengandung lemak.
Meski bisa dimanfaatkan sebagai pengganti minyak goreng, namun, perlu ada uji coba lebih lanjut tentang berapa banyak kadar HDL dan LDL.
“Ide ini cukup bagus, dan bisa dikembangkan kembali. Namun, perlu ada uji lanjutan , yakni uji proksimat untuk mengetahui berapa banyak kadar lemak baik dan lemak jahatnya,” kata Salah seorang juri.
Ke depan, Rahmi pun mengatakan selain bisa dimanfaatkan sebagai minyak goreng, hasil penelitian ini juga akan dikembangkan kembali menjadi pengganti bahan bakar solar. (fn/dt/vs/ok)www.suaramedia.com
Rasanya tidak banyak anak muda yang mau dekat-dekat dengan limbah yang bau dan kotor. Namun, para siswi SMA ini membuktikan bahwa mereka mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang berguna.
Meski penelitiannya hanya memenangkan juara ke III dari 15 finalis yang lolos, karyanya bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengganti minyak sayur. Mau tahu bagaimana proses pengolahannya?
Tiga siwsi, Aulia, Rahmi dan Ernita memanfaatkan limbah ikan tauman yang banyak hidup di perairan Asia Tenggara, seperti Kalimantan. Setiap tahunnya terdapat 46,7 ton limbah isi perut ikan tauman. Sebelum merusak lingkungan, ketiga siswi ini melakukan eksperimen memanfaatkan kembali limbah isi perut ikan tauman sebagai minyak goreng bebas kolesterol.
Ikan tauman ini banyak ditemukan di daerah Kalimantan dan punya ukuran dan rasa mirip ikan gabus. “Di Kandangan belum ada supermarket, jadi saya kalau belanja ke pasar tradisional. Nah, di pasar isi perut ikan tauman dibuang begitu saja. Baunya enggak enak banget. Dari situ saya mulai berpikir, kira-kira limbah isi perut ini bisa diolah jadi apa,” cerita Aulia Gusrina.
Setelah diteliti dan dicoba dimakan sedikit, Aulia tahu bahwa isi perut ini mengandung banyak minyak, terasa pahit, dan mengandung empedu. Maka itu, tercetuslah ide untuk membuat minyak goreng non kolesterol dari limbah ini. Cara mengolahnya, tinggal menyaring minyak yang keluar dari isi perut, kemudian minyak dicampur dengan kunyit yang diiris tipis dan daun pandan yang dipotong-potong agar minyak berbau wangi. “Kalau masak ikan pakai minyak ini, ikannya jadi gurih banget. Kalau masak tempe atau tahu, rasanya jadi kaya rasa ikan,” kata Aulia tertawa.
“Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dan setelah kami uji di laboratorium, minyak goreng ikan tauman ini juga mengandung protein dan lemak yang bermanfaat untuk tubuh,” kata Aulia saat presentasinya di depan para juri di acara Lo’real Girls Science Camp 2010, di Bella Campa, Gadog, Ciawi Bogor.
Cara mengolahnya pun tak sulit, isi perut ikan tauman hanya dipanaskan hingga mengeluarkan minyak. Untuk mendapatkan hasil yang bersih, minyak yang keluar bisa disaring dan dipanaskan kembali untuk mengurangi kandungan air di dalamnya, kemudian disaring kembali untuk mendapatkan hasil yang jernih.
“Untuk menghilangkan bau amisnya bisa ditambahkan kunyit, daun pandan dan lengkuas. Sementara untuk menguji ada atau tidaknya protein di dalamnya, kami melakukan uji coba dengan meneteskan larutan bioret pada minyak ikan tauman. Setelah diteteskan dengan bioret warna berubah menjadi ungu. Ini menunjukkan bahwa minyak goreng ini mengandung protein,” ujar Rahmi menjelaskan.
Sementara untuk menguji adanya lemak, mereka mengoleskan minyak pada kertas buram. Kertas pun sesaat berubah menjadi transparan. Menurutnya, ini bisa menjadi tanda bahwa minyak ikan tauman juga mengandung lemak.
Meski bisa dimanfaatkan sebagai pengganti minyak goreng, namun, perlu ada uji coba lebih lanjut tentang berapa banyak kadar HDL dan LDL.
“Ide ini cukup bagus, dan bisa dikembangkan kembali. Namun, perlu ada uji lanjutan , yakni uji proksimat untuk mengetahui berapa banyak kadar lemak baik dan lemak jahatnya,” kata Salah seorang juri.
Ke depan, Rahmi pun mengatakan selain bisa dimanfaatkan sebagai minyak goreng, hasil penelitian ini juga akan dikembangkan kembali menjadi pengganti bahan bakar solar. (fn/dt/vs/ok)www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar